PENYUSUNAN
LAPORAN KEUANGAN USAHA KECIL MENENGAH (UKM) KONVEKSI ASTRA BERDASARKAN SAK EMKM
PROPOSAL SKRIPSI
OLEH
THESAR
JUNIARDI
NIM. B1032131005
NIM. B1032131005
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam perekonomian, Indonesia tidak terlepas dari kegiatan usaha
yang di lakukan oleh individu maupun kelompok, terkait pula dengan Usaha Kecil dan Menengah (UKM)
yang merupakan kegiatan ekonomi paling banyak dilakukan oleh masyarakat
indonesia, dimana UKM sangat berperan penting dalam menciptakan lapangan
pekerjaan, sekaligus membantu pemerintah dalam
mengurangi angka pengangguran yang ada, disamping itu kegiatan UKM
pastinya tidak terlepas dari aktivitas akuntansi yang sangat berguna untuk
menunjukkan perkembangan atau kondisi keuangan pada UKM sehingga kelangsungan
hidup UKM tersebut dapat terekam dan menjadi bahan untuk mengevaluasi kegiatan
UKM. Aktivitas akuntansi dapat juga disebut sebagai siklus akuntansi yang dimana
harus berjalan secara terstuktur. Dalam Akuntansi berisi kerangka konseptual,
metode, standar, prosedur dan teknik dalam melaporkan suatu keadaan keuangan
yang biasa disebut sebagai Laporan Keuangan. Menurut Harrison
et
al (2012: 2) laporan keuangan adalah dokumen bisnis yang digunakan
perusahaan dalam melaporkan hasil aktivitasnya kepada kelompok berkepentingan.
Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi tentang posisi keuangan,
kinerja keuangan, serta laporan arus kas suatu entitas dapat bermanfaat bagi
sejumlah besar pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi oleh siapapun yang
tidak dalam posisi dapat meminta laporan keuangan khusus untuk memenuhi
kebutuhan informasi tertentu.
Tingginya Potensi UKM dalam perkembangan perekonomian tidak
diimbangi dengan kualitas UKM seperti kurangnya Pencatatan dan
pengelolaan keuangan yang merupakan faktor kunci dalam keberhasilan UKM
tersebut. Permasalahan yang paling mendasar pada UKM
adalah pencatatan dan penyusunan laporan keuangan yang belum memadai dan sangat
sederhana, dikarenakan UKM banyak mengalami kendala dalam pembuatannya, berbagai faktor salah satunya kurangnya keterampilan yang
dimiliki mengenai pencatatan akuntansi, karena
UKM kebanyakan hanya mencatat jumlah barang diterima dan dikeluarkan, jumlah
barang dibeli dan dijual , dan jumlah piutang dan hutang, tanpa menggunakan
standar akuntansi keuangan yang ada, sehingga masih belum mencerminkan
informasi keuangan yang sebenarnya di dalam UKM tersebut. Informasi yang dihasilkan akuntansi berguna dalam
pengambilan keputusan, yaitu dalam hal Dasar pertimbangan mengenai pembelian
bahan baku untuk produksi dan alat-alat produksi yang akan digunakan, Keputusan
mengenai harga, Mengajukan permohonan pembiayaan kepada bank, Untuk
pengembangan usaha, Penambahan dan pengembangan sumber daya manusia serta
penambahan asset usaha. Padahal dengan adanya
informasi keuangan yang tersusun secara sistematis pada laporan keuangan dapat memudahkan pelaku UKM dalam
mengevaluiasi kondisi usaha. Dengan kata lain untuk menjadikan
UKM tersebut berkualitas, harus mengerti bagaimana sistem pencatatan akuntansi,
apa yang harus dipersiapkan, dan bagaimana menerapkannya sistem pencatatan
akuntansi tersebut sehingga menghasilkan laporan keuangan yang memadai karena
informasi keuangan tersebut merupakan hasil akhir dalam pencatatan akuntansi
yang digunakan oleh pihak berkepentingan untuk perkembangan usaha.
Menyadari situasi dan kondisi seperti ini, maka diperlukan inovasi
dalam penyusunan laporan keuangan yang sesuai dengan standar akuntansi
keuangan. UKM sedikit dipermudah dengan adanya Standar Akuntansi Keuangan
Entitas Mikro, Kecil, dan Menengah (SAK EMKM) yang diterbitkan oleh IAI yang
dimana Exposure Draft Standar Akuntansi Keuangan Entitas Mikro, Kecil, dan
Menengah (ED SAK EMKM) telah disetujui Dewan Standar Akuntansi Keuangan dalam rapatnya pada tanggal 18 Mei 2016,
dengan adanya SAK EMKM dapat
membantu memudahkan
pelaku UKM dalam mengaplikasikan Akuntansi pada usaha mereka sehingga dapat
dengan mudah menyusun laporan keuangan sesuai dengan standar. Meskipun SAK EMKM bisa dibilang sederhana, namun dapat
memberikan informasi yang handal dalam penyajian laporan keuangan.
Dalam
Penyusunan laporan keuangan berdasarkan pada standar akuntansi keuangan merupakan
suatu bentuk peningkatan kualitas laporan keuangan, yang akan memberikan dampak
dalam peningkatkan kredibilitas laporan keuangan yang dimaksud.
Menurut
IAI dalam SAK EMKM (2016:1) Entitas Mikro, Kecil, dan Menengah (EMKM) merupakan
entitas tanpa akuntabilitas publik yang signifikan, yang memenuhi definisi serta
kriteria usaha mikro, kecil, dan menengah sebagaimana diatur dalam peraturan
perundang-undangan yang berlaku di Indonesia, setidaktidaknya selama dua tahun
berturut-turut.
Dalam
SAK EMKM, laporan keuangan entitas disusun dengan menggunakan asumsi dasar akrual dan
kelangsungan usaha, sebagaimana juga digunakan entitas selain entitas mikro,
kecil, dan menengah, serta menggunakan konsep entitas bisnis.
Semua
pihak sangat mengerti akan pentingnya laporan keuangan dalam usaha, tetapi
kebanyakan UKM di indonesia belum semuanya mempraktikkan akuntansi di pencatatan
keuangannya, masih banyak dari mereka yang menghadapi kendala di dalam
penyusunan laporan keuangan. SAK umum sendiri mungkin lebih rumit untuk
dipahami bahkan untuk diterapkan bagi skala Usaha Kecil Menengah, sehingga
perlu adanya penerapan SAK EMKM bagi usaha skala kecil menengah dalam membuat
laporan keuangan karena lebih mudah di pahami. Adanya SAK EMKM dengan prinsip
kesederhanaan diharapkan memberikan kemudahan bagi UKM dalam menyajikan laporan
keuangan untuk membangun kualitas UKM dalam
kegiatan ekonomi yang sangat penting bagi indonesia. Dengan di
implementasikannya SAK EMKM terhadap UKM juga diharapkan membuat berkembangnya
UKM didalam perekonomian indenesia. SAK EMKM memberi kemudahan untuk UKM karena
ketentuan pelaporan yang mudah di mengerti di dalam penerapannya. Namun pada
kenyataannya SAK EMKM masih banyak belum diterapkan pada pelaku UKM di
indonesia dalam menyusun laporan keuangannya mengingat bahwa SAK EMKM merupakan
Standar Akuntansi Keuangan yang baru dikeluarkan oleh IAI khusus untuk Entitas Mikro, Kecil, dan
Menengah.
Adapun objek penelitian yang ingin diteliti adalah UKM Konveksi
ASTRA yang bergerak dibidang usaha konveksi pakaian khususnya pakaian olahraga,
Sama halnya dengan kondisi pada UKM Konveksi ASTRA yang belum
mengimplementasikan Standar Akuntansi Keuangan pada laporan keuangannya, dimana
UKM Konveksi ASTRA hanya mencatat kas masuk dan keluar yang masih sangat
sederhana sehingga belum menerapkan penyusunan laporan keuangan sesuai dengan
Standar Akuntansi Keuangan Entitas Mikro, Kecil, dan Menengah (SAK EMKM).
Berikut adalah Gambaran pencatatan yang dilakukan dan contoh
transaksi:
Tabel
1.1
Konveksi
ASTRA
Laporan
Penerimaan dan Pengeluaran
(dalam ribuan rupiah)
TGL
|
KETERANGAN
|
DEBIT
|
KREDIT
|
SALDO
|
||
sept
|
1
|
Penerimaan dari Mts Nurul Falah
|
Rp 1.300
|
Rp 1.300
|
||
3
|
Penerimaan dari SMP Muh 3 pontianak
|
Rp 1.820
|
Rp 3.120
|
|||
5
|
Pembelian bahan PE Super
|
Rp 1.817
|
Rp 1.303
|
Sumber
: Data Olahan Ukm Konveksi ASTRA
Hal ini tidak sesuai dengan standar SAK
EMKM yang berlaku. Menurut IAI dalam SAK EMKM (2016:9) Laporan keuangan entitas
meliputi:
1. Laporan posisi keuangan pada akhir periode;
2. Laporan laba rugi selama periode;
3. Catatan atas laporan keuangan, yang berisi tambahan dan rincian
akun-akun tertentu yang relevan.
Diperlukan
evaluasi atas hasil dan proses kegiatan akuntansi yang telah diterapkan oleh
UKM Konveksi ASTRA. Hasil serta proses kegiatan akuntansi yang dimaksud antara
lain laporan keuangan yaitu penjelasan pos-pos laporan posisi keuangan pada
akhir periode, laporan laba rugi selama periode dan catatan atas laporan
keuangan yang berisikan tambahan dan
rincian akun-akun tertentu yang relevan. Dengan menggunakan SAK EMKM diharapkan
UKM Konveksi ASTRA dapat membuat laporan keuangan dengan benar, sesuai dengan
standar laporan keuangan yang berlaku, sehingga usaha konveksi pakaian yang di
jalankan dapat terekam dan menjadi bahan evaluasi untuk periode selanjutnya.
Dari uraian yang dijelaskan diatas penulis tertarik untuk
mengangkat judul “PENYUSUNAN LAPORAN
KEUANGAN USAHA KECIL MENENGAH (UKM) KONVEKSI ASTRA BERDASARKAN SAK EMKM”
1.2
Rumusan Masalah
Seperti
yang di uraikan pada latar belakang diatas,
maka penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana
penyusunan laporan keuangan UKM Konveksi
ASTRA berdasarkan SAK EMKM ?
2. Apa
saja kendala-kendala yang dihadapi UKM Konveksi ASTRA dalam menerapkan SAK EMKM
?
1.3 Batasan Penelitian
Agar
penulis bisa terfokus dalam indikasi masalah yang diuraikan maka penulis
membatasi ruang lingkup penelitian untuk menghindari permasalahan yang meluas,
maka dari itu penulis hanya membahas mengenai penyusunan laporan keuangan pada UKM
Konveksi ASTRA sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Mikro,
Kecil, dan Menengah (SAK EMKM).
1.4 Tujuan Penelitian
Berdasarkan
rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian
ini sebagai berikut:
1. Untuk
mengetahui penyusunan laporan keuangan
UKM Konveksi ASTRA berdasarkan
SAK EMKM.
2. Untuk
mengetahui kendala-kendala yang dihadapi UKM Konveksi ASTRA dalam menerapkan
SAK EMKM.
1.5 Kegunaan Penelitian
Dari
hasil penelitian tersebut diharapkan akan bermanfaat bagi:
1. Konveksi
ASTRA
Dari penelitian ini diharapkan menjadi bahan pertimbangan bagi UKM dalam menyusun laporan
keuangan berdasarkan SAK EMKM agar menjadi bahan evaluasi untuk periode
selanjutnya
2. Akademis
Penelitian ini diharapkan dapat dalam bergunabagi pengembangan ilmu
akuntansi dan sebagai bahan referensi yang dapat digunakan pihak lain untuk
penyusunan penelitian lebih lanjut mengenai SAK EMKM.
3. Kalangan
Masyarakat
Sebagai alat evaluasi bagi pelaku UKM lainnya dalam
penerapan penyusunan laporan keuangan bedasarkan SAK EMKM.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Landasan Teori dan Kajian Empiris
2.1.1
Pengertian UKM
Usaha Kecil menengah atau yang sering disingkat UKM
ialah salah satu bagian penting dari perekonomian suatu negara maupun daerah,
begitu juga dengan negara indonesia. Usaha Kecil Menengah merupakan Kegiatan ekonomi rakyat yang
berskala kecil dan menengah berupa bidang usaha yang secara keseluruhan
merupakan kegiatan usaha kecil dan menengah serta perlu dilindungi untuk mencegah
dari persaingan usaha yang tidak sehat. UKM di indonesia memberikan
kontribusi yang sangat signifikan terutama ketika krisis yang dialami pada
periode 1998 sampai dengan 2000. UKM di indonesia telah dapat perhatian dan
pembinaan dari pemerintah dengan membuat
portofolio kementrian yaitu Menteri Koperasi dan UKM.
Menurut Rudianto (2012:
3) Terdapat tiga bidang usaha yang dapat dijelaskan sebagai berikut:
1.
Perusahaan jasa ,
yaitu perusahaan yang produknya adalah bersifat non fisik yang dimana
kegiatannya menyediakan jasa untuk pelanggan.
2.
Perusahan dagang,
yaitu perusahaan yang membeli barang
dari perusahaan lain dan menjualnya kepada pihak yang membutuhkan/ konsumen.
3.
Perusahaan
manufaktur , yaitu perusahaan yang membeli bahan baku, mengolahnya hingga
menjadi produk jadi yang siap pakai.
Menurut UU No 20 Tahun 2008, Pengertian Usaha Mikro Kecil Menengah maupun usaha besar yaitu:
1.
Usaha Mikro merupakan
usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang
memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.
2.
Usaha Kecil merupakan
usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang
perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan
cabang perusahaan dimiliki, dikuasai, serta menjadi bagian baik langsung atau
tidak langsung dari Usaha Menengah maupun Usaha Besar yang memenuhi kriteria
Usaha Kecil sebagaimana dimaksud atau di atur di dalam Undang-Undang ini.
3.
Usaha Menengah merupakan
usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang
perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang
perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun
tidak langsung dengan Usaha Kecil atau Usaha Besar dengan jumlah kekayaan
bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang- Undang
ini.
4.
Usaha Besar merupakan
usaha ekonomi produktif yang dilakukan oleh badan usaha dengan jumlah kekayaan
bersih atau hasil penjualan tahunan lebih besar dari Usaha Menengah, yang
meliputi usaha nasional milik negara atau swasta, usaha patungan, dan usaha
asing yang melakukan kegiatan ekonomi di Indonesia.
2.1.2
Pengertian Akuntansi dan Fungsi Akuntansi
Pesatnya pertumbuhan
ekonomi dan semakin kompleksnya masalah perusahaan yang didorong kemajuan
teknologi yang semakin hari semakin berkembang, bertambahnya peraturan
pemerintah terhadap kegiatan yang dilakukan perusahaan, maka para perusahaan banyak
menggunakan ilmu akuntansi dalam menjalankan usahanya untuk memeperlancar
kegiatan usaha mereka. Tidak hanya perusahaan, usaha kecil menengah (UKM) pun
sudah banyak menerapkan ilmu akuntansi, Para ahli ekonomi dan akuntansi telah
mendefinisikan Akuntansi dengan berbagai
perbedaan menurut pendapat mereka, Berikut ini merupakan
pengertian akuntansi menurut para ahli:
1. Menurut
Rudianto (2012:4) “Akuntansi adalah sistem informasi
yang menghasilkan informasi keuangan kepada pihak – pihak yang berkepentingan
mengenai aktivitas ekonomi dan kondisi suatu perusahaan”.
2. Menurut
Harrison et al (2011 dalam Sirait,
2014:2) akuntansi (Accounting) adalah “bahasa bisnis dan sistem informasi yang
mengukur aktivitas, memproses data menjadi laporan serta mengkomunikasikan
hasilnya bagi pengambilan keputusan”.
3. Menurut
Sirait (2014:2) akuntansi adalah “suatu seni kegiatan jasa dalam proses
pengolahan data keuangan menjadi suatu informasi mengenai suatu badan ekonomi
yang digunakan untuk pengambilan keputusan”.
4. Menurut
Sumarsan (2013:1) Akuntansi adalah suatu seni untuk mengumpulkan,
mengidentifikasi, mengklasifikasi, mencatat transaksi sesuai kejadian yang
berhubungan dengan keuangan untuk mendapatkan informasi berupa laporan keuangan
yang dapat digunakan oleh pihak yang berkepentingan.
5. Menurut
Kartikahadi et al (2012:3) “Akuntansi
adalah suatu sistem informasi keuangan, yang bertujuan untuk menghasilkan dan
melaporkan informasi yang relevan bagi berbagai pihak yang berkepentingan”.
Dari pengertian akutansi menurut para
ahli yang di paparkan diatas maka dapat di ambil kesimpulan bahwa Akuntansi
merupakan proses identifikasi, pengukuran, dan penyampaian informasi ekonomis
dalam membuat pertimbangan untuk di gunakan dalam pengambilan keputusan yang
jelas oleh pemakai informasi tersebut.
Akuntansi mempunyai fungsi memberikan
informasi kuantitatif, terutama informasi tentang posisi keuangan serta hasil
kinerja perusahaan, yang dimaksudkan akan menjadi berguna dalam pengambilan
keputusan ekonomi dari berbagai pilihan yang ada (Hery, 2012:1).
Fungsi utama akuntansi adalah sebagai
informasi keuangan suatu organisasi. Dari laporan akuntansi kita bisa melihat
posisi keuangan suatu organisasi beserta perubahan yang terjadi di dalamnya.
Akuntansi dibuat secara kualitatif dengan satuan ukuran uang. Informasi
mengenai keuangan sangat dibutuhkan khususnya oleh pihak manajer / manajemen
untuk membantu membuat keputusan suatu organisasi. Dapat ditarik kesimpulan
bahwa Akuntansi berfungsi sebagai pemberi informasi mengenai perilaku ekonomi
yang diakibatkan oleh aktivitas-aktivitas perusahaan dalam lingkungannya serta
sebagai pertimbangan dalam pengambilan keputusan di dalam lingkungan
perusahaan.
2.1.3
Siklus Akuntansi
Menurut
Rudianto (2012:16) Siklus Akuntansi adalah urutan kerja yang harus dilakukan
oleh akuntan sejak awal dalam menganalisis transaksi hingga menghasilkan
laporan keuangan perusahaan untuk transaksi periode berikutnya.
Akuntansi menyediakan informasi keuangan yang dapat berguna bagi pengambilan keputusan
ekonomis. Untuk menyediakan informasi tersebut, dibutuhkan data keuangan dan
proses dengan cara tertentu. Tahap – tahap yang dapat dijalani dalam proses
akuntansi dapat disebut siklus akuntansi yang dimana secara berurutan, adapun
gambar dari siklus akuntansi yang dijelaskan adalah sebagai berikut:
Sumber : Sodikin dan
Riyono (2014:17)
Gambar 2.1 Siklus Akuntansi
Pencatatan akuntansi ada dua yaitu cash basis dan acrual basis, Dalam akuntansi berbasis kas (Cash Basis) tidak akan mencatat suatu transaksi jika belum ada uang
kas yang diterma atau dikeluarkan. Sedangkan berbasis akrual (Acrual basis) suatu transaksi berbasis
akrual suatu transaksi langsung diakui pada saat terjadinya tanpa memperhatikan
uang kas sudah diterima atau belum.
Berikut ini
penjelasan mengenai tahapan Siklus Akuntansi:
1. Dimulai
dari mendokumentasi transaksi – transaksi keuangan dalam bukti transaksi dan
melakukan Analisis transaksi keuangan tersebut.
2. Mencatat
transaksi keuangan dalam Buku Jurnal. Tahapan ini disebut menjurnal.
3. Meringkas,
dalam Buku Besar, transaksi – transaksi
keuangan yang sudah dijurnal. Tahapan ini disebut posting atau mengakunkan.
4. Menentukan
saldo – saldo buku besar di akhir periode dan menuangkannya dalam Necara Saldo.
5. Menyesuaikan
buku besar berdasar pada informasi yang paling up – to – date (mutakhir).
6. Menentukan
saldo – saldo buku besar setelah penyesuaian dan menuangkannya dalam Neraca
Saldo Setelah Penyesuaian (NSSP).
7. Menyusun
Laporan Keuangan berdasar NSSP.
8. Menutup
Buku Besar.
9. Menentukan
saldo – saldo buku besar dan menuangkannya dalam Neraca Saldo Setelah tutup
buku.
Disamping itu terdapat 2 prosedur yang sifatnya tidak wajib yaitu neraca lajur dan jurnal pembalikan.
Neraca lajur digunakan untuk mempermudah tahapan – tahapan berikut :
penyesuaian, neraca saldo setelah penyesuaian, laporan keuangan, dan penutupan
buku. Apabila neraca lajur dibuat maka akan masuk sebelum tahapan nomor 5
karena neraca lajur digunakan untuk mempermudah proses pembuatan laporan
keuangan.
Siklus
akuntansi pada periode tertentu berakhir di tahap 9, dan akan dimulai lagi pada
tahap 1 pada periode selanjutnya. Namun ada prosedur atau tahapan yang disebut
jurnal pembalikan yang sifat nya tidak wajib. Tahapan ini hanya untuk
mempermudah tahapan akuntansi untuk periode selanjutnya sebelum dilakukan
penjurnalan transaksi.
1. Analisis
Transaksi Keuangan (Bukti transaksi)
Analisis transaksi keuangan merupakan
penentuan pengaruh terhadap elemen – elemen laporan keuangan, dengan
menganalisa bukti dokumen atau bukti transaksi yang terjadi didalam sebuah
perusahaan dan kemudian dapat di catat di dalam jurnal.
transaksi adalah suatu aktivitas dalam
perusahaan yang akan mengakibatkan bertambah atau berkurangnya harta
perusahaan. Transaksi dapat dilakukan secara tunai maupun kredit sesuai dengan
bukti transaksi yang ada, bukti transaksi adalah kumpulkan atau dokumentasi yang
dilakukan dengan baik, bukti transaksi juga diperlukan untuk keperluan audit
(pemeriksaan) perusahaan.
2. Jurnal
transaksi
Jurnal merupakan catatan akuntansi yang
pertama kali dibuat yang gunanya untuk melakukan pencatatan seluruh transaksi
berdasarkan bukti – bukti transaksi, mengklasifikan dan meringkas data keuangan
serta data – data lainnya.
Menurut Surya (2013: 30) jurnal adalah
catatan akuntansi pertama (book of
original entry) yang digunakan oleh entitas untuk mencatat dan
mengklasifikasikan pengaruh peristiwa ekonomi yang terjadi bertahap akun – akun
entitas secara kronologis (berurutan menurut tanggal terjadinya).
a.
Jurnal Umum
Pencatatan ke dalam jurnal umum meliputi tanggal transaksi, nama-nama
rekening dan jumlah yang didebit, nama-nama rekening yang dikredit dan
penjelasan singkat menyangkut transaksi yang terkait. Jurnal umum digunakan
untuk mencatat semua transaksi yang terjadi dalam suatu periode.
b.
Jurnal Khusus
Jurnal khusus digunakan untuk transaksi yang sejenis dan sering terjadi.
Jurnal-jurnal khusus yang biasanya diselenggarakan dan
sifat serta tipe-tipe transaksi yang dicatat pada masing-masing jurnal khusus
diantaranya adalah Jurnal penerimaan kas, jurnal pengeluaran kas, jurnal
penjualan(kredit), dan jurnal pembelian(kredit).
3. Buku
Besar
Buku besar (ladger) merupakan buku (catatan) akuntansi yang permanen yang
berisi kumpulan akun terpadu yang biasa disebut dengan rekening atau perkiraan
(Sodikin dan Riyono, 2014: 73). Maksudnya adalah di dalam buku besar ini kita
memindahkan seluruh transaksi yang sudah kita catat di jurnal dengan cara
memindahkan pencatatan yang terjadi pada setiap kolom di jurnal ke masing –
masing rekening buku besar sesuai nama
akun.
4. Neraca
Saldo
Setelah memindahkan atau memposting
jurnal ke buku besar selanjutnya
diperlukan penyusunan neraca saldo pada akhir periode, dimana saldo akun yang
di ambil pada buku besar adalah saldo terakhir dari setiap akun. Menurut
Harrison et al (2012: 84) Neraca
Saldo (trial balance) adalah daftar
semua akun beserta saldonya yang pertama adalah aset, kemudian kewajiban dan
ekuitas pemegang saham.
Penyusunan neraca saldo mempunyai tujuan
yaitu untuk membuktikan kesamaan matematis dari debet maupun kredit setelah
posting di lakukan pada buku besar.
5. Jurnal
Penyesuaian
Menurut Sumarsan (2013 : 92) “Jurnal penyesuaian disusun untuk
menyesuaikan saldo – saldo perkiraan buku besar yang terdapat pada neraca saldo
menjadi saldo perkiraan buku besar yang sebenarnya”. Pada dasarnya ada dua ragam penyesuaian
yaitu penyesuaian yang berkaitan dengan transaksi – transaksi yang sudah
terjadi tetapi belum dicatat dan penyesuaian yang berkaitan dengan transaksi -
transaksi yang sudah dicatat di akun, tetapi perlu diperbaharui sehingga
menunjukkan keadaan yang sebenarnya. Penyesuaian dibuat pada akhir periode akuntansi
dan dibuat setelah neraca saldo yang belum disesuaikan ini memastikan bahwa
posisi aset, kewajiban dan ekuitas serta
pendapatan dan beban telah memungkinkan untuk dilaporkan secara wajar.
6. Neraca
saldo setelah penyesuaian
Setelah membuat jurnal penyesuaian dan ayat jurnal penyesuaian
tersebut diposting lagi ke buku besar, maka neraca saldo berikutnya dibuat dari
saldo terakhir pada akun buku besar, neraca saldo ini dinamakan neraca saldo
setelah penyesuaian. Neraca saldo ini menunjukkan saldo dari semua akun,
termasuk akun – akun yang telah disesuaikan pada akhir periode akuntansi.
7. Laporan
Keuangan
Sesuai dengan siklus selanjutnya neraca
saldo setelah penyesuaian diolah menjadi suatu laporan keuangan. Secara umum
laporan keuangan terdiri dari laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas,
laporan posisi keuangan atau neraca, laporan arus kas dan catatan atas laporan
keuangan.
Menurut
IAI dalam SAK EMKM (2016:9) Laporan keuangan entitas meliputi:
1. Laporan posisi keuangan pada akhir periode;
2. Laporan laba rugi selama periode;
3. Catatan atas laporan keuangan, yang berisi tambahan dan rincian
akun-akun tertentu yang relevan.
8. Jurnal
penutup
Proses penutupan hanya akan dilakukan
pada akun nominal. Dimana proses
penutupan akun melalui empat tahap yaitu menutup akun pendapatan ke akun
ikhtisar laba rugi, menutup akun beban ke akun ikhtisar laba rugi, menutup akun
ikhtisar laba rugi ke akun ekuitas, dan menutup akun prive ke akun ekuitas.
Saldo yang ditutup adalah saldo terakhir yang terdapat di akun setelah menerima
posting dari jurnal penyesuaian.
9. Neraca
saldo setelah penutupan
Neraca saldo setelah penutupan hanya
menunjukkkan perkiraan rill Setelah
membuat jurnal penutup dan memposting jurnal penutup tersebut ke dalam rekening
buku besar, maka selanjutnya membuat neraca saldo setelah penutupan. Pada
neraca saldo setelah penutupan yang tampak pada neraca saldo tersebut adalah
akun aktiva, kewajiban dan ekuitas saja, sedangkan untuk akun pendapatan dan
beban serta prive sudah di tutup ke ekuitas sehingga tidak tampak pada neraca
saldo setelah penutupan, dengan penyusunan neraca saldo setelah penutupan, akan
tampak bahwa akun – akun perusahaan sudah siap untuk di gunakan kembali pada
periode akuntansi berikutnya.
2.1.4
Akuntansi Perusahaan Manufaktur
“Perusahaan Manufaktur adalah Perusahaan yang
kegiatan dan aktivitasnya mengolah bahan mentah menjadi barang setengah jadi
atau barang jadi” (Sujarweni, 2015: 15).
Menurut sifat operasinya, perusahaan dibagi menjadi
tiga yakni perusahaan jasa, dagang dan manufaktur. Perusahaan jasa hanya
memberikan jasa tetapi di tunjang dengan adanya persediaan yang digunakan untuk
membantu kelancaran bisnis utama yang dijalankan. Perusahaan dagang memiliki
persediaan yang dinamakan dengan persediaan barang dagangan. Persediaan ini
dimiliki perusahaan dengan cara membeli dan menjualnya kembali tanpamengalolah
menjadi barang baru. Sedangkan perusahaan manufaktur adalah perusahaan yang
menglolah persediaan barang baku menjadi barang jadi.
Perbedaan pengelolaan persediaan tersebut menjadi
perbedaan utama dalam perlakuan akuntansi antara perusahaan jasa, dagang, dan
manufaktur. Untuk perusahaan jasa karena tidak memiliki persediaan maka tidak
perlu perlakuan akuntansi untuk persediaan, untuk perusahaan dagang karena
memiliki persediaan barang dagangan maka perlu adanya perlakuan akuntansi untuk
persediaan barang dagangan. Demikian pula dengan perusahaan manufaktur,
memerlukan perlakuan akuntansi untuk persediaan mulai dari persediaan bahan
baku, persediaan barang dalam proses dan persediaan barang jadi.
Berikut ini disajikan perbedaan penentuan harga
pokok penjualan yang ada dilaporan laba rugi antara perusahaan dagang dan
perusahaan manufaktur.
Tabel 2.1
Perbedaan
penentuan Harga Pokok Penjualan
antara perusahaan dagang dan perusahaan manufaktur
Perusahaan
Dagang
|
Perusahaan
Manufaktur
|
||
Harga
Pokok Penjualan
|
Harga
Pokok Penjualan
|
||
Persediaan
Awal Barang Dagangan
|
Rp.
XXX
|
Perdiaan
Awal Barang Dagangan
|
Rp.
XXX
|
Pembelian
Bersih
|
Rp.
XXX
|
Harga
Pokok Produksi (lebih lengkap lihat
Harga Pokok Produksi)
|
Rp.
XXX
|
Barang
tersedia Dijual
|
Rp.
XXX
|
Barang
tersedia dijual
|
Rp.
XXX
|
Persediaan
akhir barang dagangan
|
(Rp.
XXX)
|
Persediaan
akhir barang jadi
|
(Rp.
XXX)
|
Harga
pokok penjualan
|
Rp.
XXX
|
Harga
pokok penjualan
|
Rp.
XXX
|
Sumber : Hermawan (2013:159)
Berdasarkan tabel 2.1. terdapat beberapa perbedaan
antara harga pokok penjualan perusahaan dagang dan perusahaan manufaktur.
Pertama, pada perusahaan dagang disebut dengan pembelian sedangkan pada
perusahaan manufaktur disebut dengan harga pokok produksi. Hal tersebut
disebabkan karena perusahaan dagang hanya membeli dan menjual nya kembali
sedangkan perusahaan manufaktur melakukan aktivitas produksi sehingga disebut dengan
harga pokok produksi. Kedua, pada perusahaan dagang disebut dengan persediaan
akhir barang dagangan sedangkan perusahaan manufaktur disebut dengan persediaan
barang jadi. Hal tersebut disebabkan karena perusahaan manufaktur mengolah
bahan baku menjadi bahan jadi. Laporan pengolahan bahan baku menjadi barang
jadi disebut dengan laporan harga pokok produksi. Laporan ini akan terdiri dari
elemen – elemen produksi seperti biaya bahan langsung, biaya tenaga kerja dan
biaya overhead pabrik.
Elemen-elemen atau klasifikasi biaya produksi sebagai berikut:
1. Biaya
Bahan Langsung
Biaya
bahan langsung adalah biaya bahan yang digunakan dan menjadi bagian dari produk
jadi. Biaya bahan langsung ini akan sangat mudah ditelusuri ketiap unit barang
yang telah dihasilkan karena secara fisik bahan langsung ini akan menjadi bahan
jadi. Misalnya bahan langsung dalam pembuatan pakaian jadi atau baju adalah
kain, benang, kancing, dan aksesoris.
Biaya
bahan langsung harus dibedakan dengan biaya bahan tak langsung, yang meliputi
biaya perlengkapan pabrik seperti minyak dan oli bensin, bahan bakar, dan
sebagainya. Bahan tak langsung ini digunakan dalam proses produksi tetapi tidak
menjadi bagian dari produk jadi sehingga akan sangat sulit menelusuri secara
fisik ke unit barang yang telah jadi. Itulah sebabnya dalam akuntansi, biaya
bahan tak langsung dipergunakan sebagai biaya overhead pabrik.
Bahan
– bahan yang dibeli oleh perusahaan manufaktur yang digunakan dalam proses
produksi disebut bahan baku. Menurut Sujarweni (2015:11) Bahan Baku adalah
“biaya yang dikeluarkan untuk membeli bahan baku utama yang dipakai untuk
memproduksi barang” contoh yaitu biaya pembelian kain kaos di perusahaan
konveksi.
2. Biaya
Tenaga Kerja Langsung
Biaya
tenaga kerja langsung adalah biaya tenaga kerja yang terlibat langsung dalam
proses mengubah bahan langsung menjadi bahan jadi. Misalnya adalah biaya upah
buruh yang mengerjakan langsung, produk dalam pabrik. Sehingga biaya tenaga
kerja langusung ini dengan mudah dapat dihubungkan dan dibebankan pada suatu
hasil atau proses tertentu yang dikerjakan oleh tenaga kerja tersebut.
Biaya
tenaga kerja langsung ini harus dibedakan dengan biaya tenaga kerja tak
langsung. Pembedaan ini penting dalam kaitan pembebanan yang akan dilakukan.
Biaya tenaga kerja tak langsung adalah biaya tenaga kerja yang tidak langsung
berhubungan dengan proses produksi atau produk. Misalnya adalah biaya pengawas
(mandor), tenaga pemeliharaan mesin, dan tenaga kebersihan. Biaya – biaya
tersebut membantu dalam proses produksi tetapi tidak langsung berkaitan dengan
pengelolaan bahan baku manjadi barang jadi sehingga biaya tersebut bukanlah
biaya tenaga kerja langsung tetapi biaya overhead pabrik.
3. Biaya
Overhead Pabrik
Biaya overhead
pabrik (BOP) adalah biaya – biaya produksi yang tidak termasuk biaya bahan
langsung dan biaya tenaga kerja langsung. BOP ini sering juga disebut dengan
biaya produksi tak langsung. BOP ini berbeda dengan biaya penjualan dan biaya
administrasi. BOP bersama – sama dengan bahan langsung dan tenaga kerja
langsung akan menjadi bagian yang ada di laporan Harga Pokok Produksi sedangkan
biaya penjualan dan administrasi akan diluar laporan harga pokok produksi dan berada di laporan laba rugi secara
keseluruhan. Contoh BOP adalah biaya bahan tidak langsung seperti biaya untuk
pembelian benang, biaya tenaga kerja tidak langsung seperti biaya tenaga
pengawas produksi, biaya listrik dan air pabrik, biaya reparasi dan
pemeliharaan mesin pabrik, pajak bumi dan bangunan pabrik, biaya asuransi
pabrik, biaya deperesiasi gedung pabrik.
Berikut
ini disajikan contoh laporan harga pokok produksi pada perusahaan manufaktur:
Tabel 2.2
Laporan
Harga Pokok Produksi
Untuk Periode Yang Berakhir Pada 31 Desember 20xx
Bahan
Langsung :
|
|||
Persediaan bahan baku awal
|
Rp. XXX
|
||
Pembelian bahan baku
|
Rp. XXX
|
||
Biaya angkut pembelian
|
Rp. XXX
|
||
Pembelian bersih
|
Rp. XXX
|
||
Bahan baku tersedia digunakan
|
Rp. XXX
|
||
Persediaan bahan baku akhir
|
(Rp. XXX)
|
||
Biaya pemakaian Bahan baku
|
Rp. XXX
|
||
Tenaga
kerja langsung
|
Rp. XXX
|
||
Biaya
Overhead Pabrik:
|
|||
Tenaga kerja tak langsung
|
Rp. XXX
|
||
Pengawasan
|
Rp. XXX
|
||
Listrik dan air
|
Rp. XXX
|
||
Reparasi dan pemeliharaan mesin
|
Rp. XXX
|
||
Pajak bumi dan bangunan pabrik
|
Rp. XXX
|
||
Pemakaian perlengkapan pabrik
|
Rp. XXX
|
||
Asuransi pabrik
|
Rp. XXX
|
||
Penghapusan peralatan kerja
|
Rp. XXX
|
||
Depresiasi mesin dan peralatan
|
Rp. XXX
|
||
Depresiasi gedung pabrik
|
Rp. XXX
|
||
Amortisasi hak paten
|
Rp. XXX
|
||
Jumlah biaya overhead pabrik
|
Rp. XXX
|
||
Jumlah
biaya produksi
|
Rp. XXX
|
||
(+) Barang dalam proses, awal
|
Rp. XXX
|
||
Jumlah barang dalam proses selama
tahun ini
|
Rp. XXX
|
||
(-) Barang dalam proses akhir
|
(Rp. XXX)
|
||
Harga
pokok produksi
|
Rp. XXX
|
Sumber : Hermawan
(2013:165)
Siklus
Akuntansi biaya perusahaan manufaktur dimulai dengan memproses produk, dimana
proses produk diawali dengan perolehan
dan pemakaian bahan baku, bersama tenaga kerja serata overhead pabriknya dalam
kegaiatan produksi, setelah selesai di proses akan diperoleh barang jadi yang
selanjutnya di masukkan dalam gudang dan siap dijual. Sikus akuntansi biaya
perusahaan manufaktur dapat dilihat sebagai berikut:
Sumber :
Sujarweni (2015: 17)
Gambar 2.2 Siklus Akuntansi Biaya Perusahaan
Manufaktur.
2.1.5
Karakteristik Kualitatif dari Informasi pada Laporan
Keuangan
Penyajian wajar laporan
keuangan mensyaratkan entitas untuk menyajikan informasi dengan karakteristik
kualitatif yaitu:
1.
Relevan
Informasi
didalam laporan keuangan dapat digunakan oleh pengguna untuk proses pengambilan
keputusan.Informasi adalah relevan ketika informasi tersebut
dapat memengaruhi pengambilan keputusan ekonomi oleh penggunanya. Biasanya,
hanya pos yang bermaterial yang relevan, tetapi pertimbangan harus diterapkan
untuk menentukan pos mana yang tidak material.
2.
Representasi Tepat
Informasi
disajikan dilaporan keuangan secara tepat atau secara apa yang seharusnya disajikan
dan bebas dari kesalahan material dan bias.
3.
Keterbandingan
Informasi
dalam laporan keuangan entitas dapat dibandingkan antar periode untuk
mengidentifikasi kecenderungan posisi dan kinerja keuangan. Informasi dalam
laporan keuangan tersebut juga dapat
dibandingkan antar entitas untuk mengevaluasi posisi dan kinerja keuangan.
4.
Keterpahaman
Informasi
yang disajikan dapat dengan mudah dipahami oleh pengguna. Pengguna diasumsikan
memiliki pengetahuan yang memadai serta kemauan untuk mempelajari aktivitas
ekonomi dan bisnis, akuntansi serta kemauan untuk mempelajari informasi
tersebut dengan ketekunan yang wajar.
2.1.6
Laporan Keuangan Berdasarkan SAK EMKM
Laporan keuangan (financial statement) adalah hasil akhir
dari suatu proses akuntansi, sebagai ikhtisar menyangkut transaksi-transaksi
keuangan selama periode berjalan (Sirait, 2014:19).
Menurut Harrison
et al (2012: 2) laporan
keuangan adalah dokumen bisnis yang digunakan perusahaan dalam melaporkan hasil
aktivitasnya kepada kelompok berkepentingan.
IAI dalam SAK EMKM
(2016:8-9) Penyajian wajar dalam Laporan Keuangan sesuai persyaratan SAK EMKM dan pengertian laporan keuangan yang
lengkap untuk entitas dimana Penyajian
wajar mensyaratkan penyajian jujur atas pengaruh transaksi, peristiwa, dan
kondisi lain yang sesuai dengan definisi dan kriteria pengakuan aset,
liabilitas, penghasilan, dan beban. Entitas menyajikan secara lengkap laporan
keuangan pada akhir setiap periode pelaporan, termasuk informasi komparatifnya.
Entitas menyusun laporan keuangan dengan menggunakan
dasar akrual. Dalam dasar akrual, akun-akun diakui sebagai aset, liabilitas,
ekuitas, penghasilan, dan beban ketika memenuhi definisi dan kriteria pengakuan
untuk masing-masing akun-akun tersebut. Menurut IAI dalam SAK EMKM (2016:9) Laporan
keuangan entitas meliputi:
1. Laporan posisi keuangan pada akhir periode;
2. Laporan laba rugi selama periode;
3. Catatan atas laporan keuangan, yang berisi tambahan dan rincian
akun-akun tertentu yang relevan.
Penjelasan
mengenai laporan keuangan menurut SAK EMKM sebagai berikut :
1.
Laporan
posisi keuangan pada akhir periode
Laporan
posisi keuangan (statement of financial
position) lazimnya dikenal sebagai neraca (balance sheet). Menurut Kartikahadi et al (2012:119) Laporan posisi keuangan atau neraca adalah “suatu
daftar yang menunjukkan posisi keuangan, yaitu komposisi dan jumlah aset,
liabilitas, dan ekuitas dari suatu entitas tertentu pada suatu tanggal
tententu”.
Laporan
posisi keuangan atau neraca mempunyai 2 bentuk format yaitu bentuk laporan ( staffel) dan bentuk akun (skontro). Dalam bentuk laporan, aset
dilaporkan terlebih dahulu dibagian atas kemudia dibagian bawahnya dilaporkan
kewajiban dan ekuitas. Sedangkan bentuk akun, aset dilaporkan sebelah kiri
sedangkan kewajiban dan ekuitas dilaporkan sebelah kanan, kewajiban di laporkan
lebih dahulu beru melaporkan ekuitas dibawahnya.
Menurut
IAI dalam SAK EMKM (2016:11) Laporan posisi keuangan menyajikan informasi
tentang aset, liabilitas, dan ekuitas entitas pada akhir periode pelaporan.
Laporan
posisi keuangan entitas menurut SAK EMKM dapat mencakup akun-akun berikut:
a. kas
dan setara kas;
b. piutang;
c. persediaan;
d. aset
tetap;
e. utang
usaha;
f.
utang bank;
g. ekuitas
menurut
IAI dalam SAK EMKM (2016:11-12) Entitas menyajikan akun dan bagian dari akun
dalam laporan posisi keuangan dengan klasifikasi sebagai berikut.
1. Klasifikasi
Aset dan Liabilitas
a. Entitas
dapat menyajikan aset lancar dan aset tidak lancar serta liabilitas jangka
pendek dan liabilitas jangka panjang secara terpisah di dalam laporan posisi
keuangan.
b. Entitas
mengklasifikasikan yang dinilai sebagai aset lancar jika:
1) diperkirakan
akan direalisasi atau dimiliki untuk dijual atau digunakan, dalam jangka waktu
siklus operasi normal entitas;
2) dimiliki
untuk di perdagangkan;
3) diharapkan
akan direalisasikan dalam jangka waktu 12 bulan setelah akhir periode
pelaporan; atau
4) berupa
kas atau setara kas, kecuali jika dibatasi penggunaannya dari pertukaran atau
digunakan untuk menyelesaikan liabilitas setidaknya 12 bulan setelah akhir
periode pelaporan.
c. Entitas
mengklasifikasikan semua aset lainnya sebagai tidak lancar. Jika siklus operasi
normal entitas tidak dapat diidentifikasi dengan jelas, maka siklus operasi
diasumsikan 12 bulan.
d. Entitas
mengklasifikasikan liabilitas yang dinilai sebagai liabilitas jangka pendek adalah:
1) diperkirakan
akan diselesaikan dalam jangka waktu siklus normal operasi entitas;
2) dimiliki
untuk diperdagangkan;
3) kewajiban
akan diselesaikan dalam jangka waktu 12 bulan setelah akhir periode pelaporan;
atau
4) entitas
tidak memiliki hak tanpa syarat untuk menunda penyelesaian liabilitas
setidaknya 12 bulan setelah akhir periode pelaporan.
5) Entitas
mengklasifikasikan semua liabilitas lainnya sebagai liabilitas jangka panjang.
2. Klasifikasi
Ekuitas
IAI dalam SAK EMKM
(2016:28) Mengungkapkan klasifikasi Ekuitas sebagai berikut:
a. Pengakuan
dan pengukuran Modal yang disetor oleh pemilik dana dapat berupa kas atau
setara kas atau aset nonkas yang dicatat sesuai dengan peraturan perundangan
yang berlaku.
b. Pengakuan
dan pengukuran Untuk entitas yang berbentuk Perseroan Terbatas, akun tambahan
modal disetor disajikan untuk setiap kelebihan setoran modal atas nilai nominal
saham.
c. Pengakuan
dan pengukuran Untuk badan usaha yang tidak berbentuk Perseroan Terbatas,
ekuitas diakui dan diukur sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku
untuk badan usaha tersebut.
d. Penyajian
untuk Modal saham, tambahan modal disetor, dan saldo laba rugi disajikan dalam
kelompok ekuitas dalam laporan posisi keuangan.
2.
Laporan laba rugi selama periode
Laporan Laba Rugi (Profit
&loss statement/income statement) merupakan laporan yang memberikan
informasi kinerja terhadap perusahaan dalam menjalankan kegiatan
operasinyadalam jangka waktu tertentu (Sirait,
2014:19).
Menurut Hery (2012:111) Laporan Laba Rugi dapat
disusun dalam dua bentuk pilihan yaitu sebagai berikut:
1.
Bentuk langsung
(Single-step)
Laporan
laba rugi dengan bentuk langsung menekankan pada total pendapatan dan total
beban sebagai faktor penentu laba/rugi bersih. Seluruh pendapatan maupun beban
baik berasal dari kegiatan normal perusahaan maupun kegiatan diluar perusahaan
atau pendapatan dan beban lain-lain digabungkan menjadi satu jumlah pendapatan dan
beban.
2.
Bentuk Bertahap
(multiple-step)
Laporan
laba rugi dalam bentuk bertahap menekankan tahapan-tahapan dalam menentukan
laba bersih, dimana bagian operasi dipisahkan dan dibedakan dengan bagian non
operasi.
Menurut
IAI dalam SAK EMKM (2016:13) entitas dapat menyajikan laporan laba rugi yang
merupakan kinerja keuangan entitas dalam suatu periode .
Dalam
laporan laba rugi entitas dapat mencakup
akun-akun sebagai berikut:
a. Pendapatan;
b. beban
keuangan;
c. beban
pajak.
3.
Catatan atas laporan keuangan, yang berisi tambahan dan rincian
akun-akun tertentu yang relevan.
laporan keuangan tidak memberikan seluruh informasi yang
dibutuhkan pihak yang berkepentingan atau pemakai laporan tersebut, maka dari
itu perlu adanya catatan atas laporan keuangan untuk menambahkan informasi yang
dibutuhkan dalam bentuk deskriptif dan dilaporkan dalam bentuk narasi, selain
itu juga dapat menginterpretasikan angka – angka yang terkandung didalam
laporan keuangan, maka dari itu pemakai juga perlu melihat catatan atas laporan
keuangan agar dapat memahami asumsi-asumsi yang diapakai dalam keseluruhan
laporan keuangan.
Menurut Kartikahadi et al (2012:134) catatan atas laporan keuangan seharusnya dapat
memuat informasi sebagai berikut:
a. Dasar
penyusunan laporan keuangan dan kebijakan akuntansi tertentu yang digunakan.
b. Informasi
yang tidak disajikan di bagian manapun dalam
laporan keuangan namun diisyaratkan oleh SAK.
c. Memberikan
informasi tambahan yang tidak disajikan di bagian manapun dalam laporan
keuangan namun relevan untuk memahami setiap pos-pos laporan keuangan.
Menurut
IAI dalam SAK EMKM (2016:14) Catatan atas laporan keuangan disajikan secara
sistematis sepanjang hal tersebut praktis dimana Setiap akun dalam laporan
keuangan menunjukan informasi terkait dalam catatan atas laporan
keuangan.
Catatan atas laporan
keuangan yang berisikan tambahan memuat:
a. suatu
pernyataan bahwa laporan keuangan telah disusun sesuai dengan SAK EMKM;
b. ikhtisar
kebijakan akuntansi;
c. informasi tambahan dan rincian akun tertentu
yang menjelaskan transaksi penting dan material sehingga bermanfaat bagi
pengguna untuk memahami laporan keuangan
2.1.7
Tujuan Laporan Keuangan Berdasarkan SAK EMKM
Laporan keuangan
merupakan proses akuntansi yang dapat digunakan untuk mengkomunikasikan data atau angka
keuangan serta aktivitas perusahaan kepada pihak yang berkepentingan. Maka dari itu laporan
keuangan mempunyai tujuan menyajikan secara wajar sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum mengenai posisi keuangan dan hasil usaha (Hery,
2012:2).
Tujuan laporan keuangan
menurut Accounting Principle Board Statement
no.4 mengklasifikasikan tujuan menjadi
tujuan khusus, tujuan umum dan tujuan kualitatif, tujuan tersebut dapat
diringkas sebagai berikut.
1.
Tujuan Khusus dari laporan keuangan adalah
menyajikan secara wajar dan sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi berlaku
umum, posisi keuangan, hasil operasi, dan perubahan –perubahan lainnya di dalam
laporan keuangan.
2.
Tujuan Umum dari laporan keuangan adalah
sebagai berikut:
a.
Untuk memberikan
informasi yang dapat diandalkan mengenai sumber daya ekonomi dan kewajiban dari
perusahaan bisnis agar dapat:
1)
Mengevaluasi
kelebihan dan kekurangannya;
2)
Mengajukan
pendanaan dan investasinya;
3)
Mengevaluasi
kemampuan dalam memenuhi komitmen;
4)
Menunjukkan
berbagai dasar sumber daya bagi pertumbuhannya.
b.
Untuk memberikan
informasi yang dapat diandalkan tentang perubahan dalam sumber daya bersih dari
aktivitas perusahaan bisnis yang diarahkan untuk memperoleh laba agar dapat:
1)
Menyajikan
ekspektasi pengembalian dividen kepada para investor;
2)
Menunjukkan
kemampuan operasi perusahaan dalam membayar kreditor dan pemasok, memberikan
pekerjaan bagi karyawannya, membayar pajak, dan menghasilkan dana untuk
perluasan usaha;
3)
Memberikan
informasi untuk perencanaan dan pengendalian kepada manajemen;
4)
Menyajikan
profitabilitas jangka panjang.
c.
Untuk memberikan
informasi keuangan yang dapat digunakan untuk mengestimasi potensi penghasilan
bagi perusahaan.
d.
Untuk memberikan
informasi lain yang dibutuhkan mengenai perubahan dalam sumber daya ekonomi dan
kewajiban.
e.
Untuk
mengungkapkan informasi lain yang relevan terhadap kebutuhan pengguna laporan.
3.
Tujuan Kualitatif dari akuntansi keuangan
adalah sebagai berikut:
a.
Relevansi, yang
artinya pemilihan informasi yang memiliki kemungkinan paling besar untuk
memberikan bantuan kepada para pengguna dalam keputusan ekonomi mereka
b.
Dapat dimengerti, yang
artinya tidak hanya informasi tersebut harus jelas, tetapi para pengguna juga
harus memahaminya.
c.
Dapat diverifikasi, yang artinya hasil akuntansi dapat didukung oleh
pengukuran – pengukuran yang independen, dengan menggunakan metode – metode
pengukuran yang sama.
d.
Netralitas, yang
artinya informasi akuntansi ditujukan kepada kebutuhan umum dari pengguna,
bukannya kebutuhan – kebutuhan tertentu dari pengguna – pengguna yang spesifik.
e.
Ketepatan waktu, yang
artinya komunikasi informasi secara lebih awal, untuk menghindari adanya
kelambatan atau penundaan dalam pengambilan keputusan ekonomi.
f.
Komparabilitas (daya banding), yang secara tidak
langsung berarti perbedaan – perbedaan yang terjadi seharusnya bukan
diakibatkan oleh perbedaan perlakuan akuntansi keuangan yang diterapkan.
g.
Kelengkapan, yang
artinya adalah telah dilaporkannya seluruh informasi yang “secara wajar”
memenuhi persyaratan dari tujuan kualitatif yang lain.
Menurut Sirait
(2014:20) Laporan keuangan bertujuan untuk memberikan informasi keuangan kepada
para pemakai informasi yang dapat digunakan sebagai referensi dalam proses
pengambilan keputusan.
Sedangkan IAI dalam SAK
EMKM (2016:2) mengemukaan Tujuan laporan keuangan adalah untuk menyediakan
informasi posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas yang dapat bermanfaat
bagi sejumlah besar pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi oleh siapapun
yang tidak dalam posisi dapat meminta laporan keuangan khusus dalam memenuhi kebutuhan informasi tersebut.
Pengguna tersebut dapat meliputi penyedia sumber daya bagi entitas seperti
kreditor maupun investor. Dalam memenuhi tujuannya, laporan keuangan juga menunjukkan
pertanggungjawaban manajemen atas dasar sumber daya yang dipercayakan
kepadanya.
2.2
Kerangka Pemikiran
Kendala yang dihadapi UKM Konveksi ASTRA adalah
dalam kegiatan keuangannya dimana pencatatannya hanya sebatas mengetahui uang
yang keluar dan uang yang masuk, maka dari itu di butuhkan pencatatan laporan
keuangan untuk menunjang kinerja keuangan UKM Konveksi ASTRA.
Berdasarkan masalah tersebut maka dapat dibuat skema
kerangka pemikiran sebagai berikut:
Umpan
Balik
Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis
Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian
dengan pendekatan deskriptif kualitatif. Penelitian dengan pendekatan
deskriptif kualitatif merupakan metode
yang dapat memberikan gambaran yang berkaitan dengan data sesuai dengan fakta
yang di dapat oleh peneliti, Di dalam
penelitian ini tidak dilakukan manipulasi data, hanya peneliti menggambarkan
suatu data apa adanya sesuai
dengan data dan hasil yang di dapat. Menurut Travers (1978
dalam Umar, 2014:22) Metode
deskriptif bertujuan untuk mendeskripsikan sifat sesuatu yang sedang
berlangsung pada saat riset dilakukan serta memeriksa sebab-sebab dari suatu
gejala terntentu. Hal
ini untuk menunjukkan gambaran dan mendeskripsikan
bagaimana UKM Konveksi ASTRA menyajikan laporan keuangannya sesuai dengan standar akuntansi keuangan, selain itu
peneliti mempelajari buku-buku literatur yang berkaitan dengan masalah
penelitian untuk menunjang penyusunan laporan keuangan UKM Konveksi ASTRA.
3.2 Sumber
Data
Data yang diperoleh dan
digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data primer.
Menurut Wibisono (2013:51) “Data
Primer merupakan data yang dikumpulkan berdasarkan interaksi langsung antara
pengumpul dan sumber data”. Data primer
disini merupakan data-data yang diperoleh dari hasil pertanyaan melalui wawancara yang diberikan kepada pemilik dan
pengurus UKM.
Selain data primer, ada juga
data sekunder, Data sekunder adalah sumber data yang tidak langsung memberikan
data kepada pengumpul data misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen (Sugiyono,
2014:193). Data sekunder ini
diperoleh dari pengelolah Konveksi ASTRA. Data yang diperoleh berupa pencatatan pengeluaran dan
pemasukan yang
telah dibuat oleh Konveksi ASTRA, dan oleh penulis akan mengolah data tersebut sehingga dapat
digunakan oleh pemilik usaha.
3.2.1 Cara
Pengumpulan Data
Untuk mendukung
penelitian ini penulis membutuhkan data yang relevan, maka pada saat
penggumpulan data penulis menerapkan teknik sebagai berikut:
a. Wawancara
Wawancara merupakan salah
satu teknik pengumpulan data baik secara langsung berhadapan dengan yang
diwawancarai maupun tidak langsung seperti memberikan daftar pertanyaan untuk di jawab pada lain kesempatan
(Umar, 2014:51). Penelitian ini akan dilakukan pada UKM Konveksi ASTRA.
Guna untuk menunjang penelitian maka penulis melakukan wawancara atau tanya
jawab langsung dengan pengelolah dan pemilik UKM Konveksi ASTRA dan pihak
berkepentingan lainnya untuk mendapatkan data yang diperlukan.
b. Penelitian kepustakaan
Dengan metode ini, memperoleh
data atau informasi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan penelitian, seperti
mempelajari buku literatur, jurnal penelitian, penelitian terdahulu lainnya
serta sumber lain yang relevan dengan masalah yang dibahas di dalam penelitian
ini. Perolehan informasi berupa pengertian pokok serta teori-teori yang berkaitan dengan penelitian.
c. Observasi
Menurut Creswell (2009:267)
Menyatakan Observasi merupakan metode pengumpulan data dengan peneliti langsung
turun ke lapangan untuk mengamati perilaku dan aktivitas individu di lokasi
penelitian. Maka dari itu teknik pengumpulan data melalui observasi sangat
mendukung peneliti dalam menyelesaikan
penelitian ini dengan mengetahui secara langsung kondisi di lokasi penelitian.
3.2.2 Cara
Pengukuran Data
Penulis melakukan
teknik analisis data di dalam penelitian ini dengan menggunakan metode
kualitatif, Metode Kualitatif adalah
metode-metode untuk mengeksplorasi dan memahami makna oleh sejumlah individu
atau kelompok orang yang di anggap berasal dari masalah sosial (Creswell,
2009:4). Penelitian dengan Metode
kualitatif ini dimana pengolahan data
keuangan pada UKM Konveksi ASTRA hingga data tersebut menjadi sebuah laporan
keuangan yang berguna bagi UKM, adapun alat analisis yang digunakan dalam
penelitian ini sebagai berikut :
a. SAK EMKM
SAK EMKM merupakan pedoman
atau standar akuntansi keuangan yang berguna dalam penyusunan laporan keuangan
terutama pada usaha kecil menengah yaitu ditujukan untuk Entitas, Mikro, Kecil,
dan Menengah yang kebanyakan belum menerapkan standar akuntansi keuangan di
dalam pencatatan laporan keuangannya. IAI dalam SAK EMKM (2016:9) Laporan keuangan entitas
meliputi:
1.
Laporan
posisi keuangan
pada akhir periode;
2.
Laporan
laba rugi selama
periode;
3.
Catatan
atas laporan keuangan,
yang berisi tambahan
dan rincian akun-akun
tertentu yang relevan.
Diawali dengan mempelajari SAK EMKM
serta menganalisis untuk mengetahui
bagaimana standar pelaporan keuangan dapat diterapkan untuk UKM Konveksi ASTRA,
yang selanjutnya membandingkan unsur-unsur laporan keuangan sesuai dengan SAK
EMKM. Selanjutnya langkah terakhir menerapkan SAK EMKM di dalam penyusunan
laporan keuangan yang seharusnya.
b. Pertanyaan dari wawancara
Pertanyaan dari wawancara dan
kuisioner yang di tujukan kepada pengelola dan pemilik UKM untuk memberikan
gambaran dalam menyusun laporan keuangan berbasis SAK EMKM, manfaat yang
diperoleh dan kendala yang dihadapi oleh UKM “Konveksi ASTRA”
3.2.3 Lokasi
Penelitian
Objek dari penelitian
ini adalah salah satu UKM yang bergerak di bidang konveksi pakaian khususnya
pakaian olahraga yaitu UKM Konveksi ASTRA yang beralamat di Jl. Komyos Soedarso
Gg. Rambai No.15 , yang belum mengimplementasikan
Standar Akuntansi Keuangan pada laporan keuangannya, dimana UKM Konveksi ASTRA belum
menerapkan penyusunan laporan keuangan sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan
Entitas Mikro, Kecil, dan Menengah (SAK EMKM) .
3.3 Tahapan
Penelitian
Agar penelitian ini dapat
terarah dengan baik, maka peneliti menentukan tahapan penelitian sebagai berikut
:
1. Diawali dengan mempelajari SAK EMKM untuk mengetahui apa
saja ketetapan dan unsur-unsur laporan keuangan yang sesuai dengan standar.
2. Menganalisa laporan keuangan yang dibuat UKM Konveksi
ASTRA untuk mengetahui apakah penerapan standar akuntansi keuangan sudah
diterapkan atau belum diterapkan.
3. Membandingkan Unsur-Unsur laporan keuangan berdasarkan
SAK EMKM dengan kondisi pencatatan di UKM.
4. Menerapkan SAK EMKM di dalam penyusunan laporan keuangan
yang seharusnya didalam pencatatan di UKM.
5.
Menganalisa
kendala-kendala yang dihadapi UKM Konveksi ASTRA dalam
menerapkan
SAK EMKM.
6.
Penarikan
Kesimpulan dan Saran.
DAFTAR
PUSTAKA
Andriani,
L et al. (2014). “Analisis Penerapan
Pencatatan Keuangan Berbasis SAK ETAP Pada Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)
(Sebuah Studi Intrepetatif Pada Peggy Salon)”. Universitas Pendidikan Genesha. Volume 2,No.1.http://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/s1ak/article/download/2254/1951, 2
September 2016.
Creswell,
J.W. (2014). Research Design Pendekatan
Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Hermawan,
S. (2013). Akuntansi Perusahaan
Manufaktur. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Hery.
(2012). Akuntansi Keuangan Menengah 1. Jakarta:
Bumi Aksara.
Horrison
Jr., Walter T., et al. (2012). Akuntansi Keuangan IFRS Edisi Kedelapan
Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Hutagaol,
R.M.N. (2012). “Penerapan Akuntansi Pada Usaha Kecil Menengah”. Fakultas Bisnis Unika Widya Mandala.
Volume1, No.2. http://journal.wima.ac.id/index.php/JIMA/article/view/217/212, 14 Oktober 2016.
Ikatan
Akuntan Indonesia. (2016). Standar Akuntansi Keuangan Entitas Mikro, Kecil,
dan Menengah. Jakarta: Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan
Indonesia.
Kartikahadi,
H et al. (2012). Akuntansi Keuangan Berdasarkan SAK berbasis IFRS. Jakarta: Salemba
Empat.
Kurniawati,
E.P et al. (2012). “Penerapan
Akuntansi Pada Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)”. Informatics
and Business Institute Darmajaya. Volume 10, No.2. https://jurnal.darmajaya.ac.id/index.php/jmk/article/download/332/pdf,
14 Oktober 2016.
Purwanti,
A. (2015). “Penerapan Standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas Tanpa
Akuntabilitas Publik (SAK-ETAP) Pada
Usaha Kecil Menengah (UKM) Boutique Save Fashion”. Skripsi. Pontianak: Fakutas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Tanjungpura.
Rudianto.
(2012). Pengantar Akuntansi Konsep dan
Teknik Penyusunan Laporan Keuangan Adaptasi IFRS. Jakarta: Erlangga.
Rudiantoro,
R dan S.V Siregar. (2012). “Kualitas Laporan Keuangan UMKM Serta Prospek
Implementasi SAK ETAP”. Universitas
Indonesia. Volume 9, No.1. http://jaki.ui.ac.id/index.php/home/article/viewFile/141/132, 14 Oktober 2016.
Sirait,
P. (2014). Pelaporan dan Laporan
Keuangan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sodikin,
S.S dan B.A Riyono. (2014). Akuntansi
Pengantar 1 Edisi 9. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
Sugiyono.
(2014). Metode Penelitian Pendidikan
Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sujarweni,
V.W. (2015). Akuntansi Biaya Teori dan
Penerapannya. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
Sumarsan,
T. (2013). Akuntansi Dasar dan Aplikasi
Dalam Bisnis Versi IFRS Jilid 1. Jakarta: Indeks.
Sumarsan,
T. (2015). Pengantar Praktikum Akuntansi Versi IFRS Kasus dan Kertas Kerja. Jakarta:
Indeks.
Surya,
R.A.S. (2013). Pengantar Akuntansi
Berbasis IFRS. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Susanti,
K. (2015). “Analisis Penerapan Akuntansi Pada Usaha Kecil Menengah (Studi Pada
Usaha Fotocopy di Kota Pontianak)”. Skripsi.
Pontianak: Fakutas Ekonomi dan Bisnis Universitas Tanjungpura.
TMbooks.
(2015). Sistem Informasi Akuntansi Konsep
dan Penerapan. Yogyakarta: Andi.
Umar,
H. (2014). Metode Penelitian Untuk
Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta: Rajawali Pers.
Undang-Undang
No. 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah. http://www.hukumonline.com/pusatdata/download/fl56047/node/28029, 23 September
2016.
Wibisono,
D. (2013). Panduan Penyusunan Skripsi,
Tesis & Disertasi. Yogyakarta: Andi.
Zuwinda, R. (2011). “Tujuan Laporan Keuangan”. http://rahmiyatizuwinda.blogspot.co.id/2011/03/tujuan-laporan-keuangan.html. 14 Oktober 2016 (09:07).
Boleh pinjam skripsinya mas? Saya lagi nyusun dengan materi yang sama tentang sak emkm
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusSaya izin buat reverensi pembuatan skirpsi saya y.
BalasHapusTrimakasih
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusBoleh pinjam skripsinya mas? Lagi penyusunan tentang sak emkm
BalasHapusboleh pinjam skripsi nya mas, saya sedang menyiapkan proposal tentang sak emkm
BalasHapus